LAMPUNG SELATAN, (Akuratnews.pro) – Aroma laut yang seharusnya membawa ketenangan, pada Kamis pagi (5/6/2025) itu, berkelindan dengan realitas pahit di Pesisir Pantai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Rangai. Di antara perahu-perahu nelayan yang bersandar, mozaik sampah plastik aneka warna menjadi noda visual yang menyakitkan—sebuah ironi di tempat di mana kehidupan bahari seharusnya dirayakan.
Namun, pagi itu, sebuah transformasi dimulai. Ratusan tangan dari berbagai elemen masyarakat bergerak dalam satu simfoni kepedulian. Mereka tidak hanya memungut sampah; mereka sedang merebut kembali martabat pantai mereka. Di jantung gerakan kolosal ini, berdiri seorang figur sentral: Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lampung Selatan, Yudhius Irza, sang arsitek di balik aksi nyata yang menjadi manifesto lingkungan di era kepemimpinanya.
Dengan tema global “Ending Plastic Pollution” sebagai kompasnya, Yudhius memimpin langsung sebuah gerakan yang jauh melampaui tugas rutin. Ia mengubah Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi sebuah panggung aksi, mengorkestrasi sinergi antara “pasukan oranye”, jajaran birokrasi, pelaku industri, hingga warga desa. Ini bukan sekadar bersih-bersih; ini adalah deklarasi perang.
“Hari ini kita tidak sedang berperang melawan sampah, kita sedang berperang melawan apatisme,” seru Yudhius dengan suara lantang, di tengah aktivitasnya memungut sampah bersama warga. “Setiap potongan plastik yang kita angkat dari pasir ini adalah simbol harapan yang kita tanam kembali. Ini adalah pesan untuk seluruh Lampung Selatan, bahwa era baru kepedulian lingkungan telah dimulai.”
Gerakan di Pesisir Rangai ini menjadi cerminan nyata dari komitmen dan arah kebijakan Bupati Lampung Selatan, H. Radityo Egi Pratama, S.T., M.B.A. Yudhius Irza, sebagai eksekutor visi di lapangan, secara brilian menerjemahkan semangat kepemimpinan baru menjadi aksi yang berdampak langsung.
“Inisiatif ini adalah penjabaran dari semangat dan visi Bapak Bupati, H. Radityo Egi Pratama, untuk Lampung Selatan yang lebih maju, sejahtera, dan lestari,” jelas Yudhius.
Ia menambahkan, program-program pro-lingkungan seperti ABRI (Asri, Bersih, Rapi, Indah) dan BWK (Bersih, Kering, Wangi) akan terus diperkuat dan dielevasi di bawah kepemimpinan baru, memastikan setiap kebijakan berpihak pada keberlanjutan. “Tugas kami adalah memastikan visi besar pimpinan mendarat di bumi, dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dan hari ini adalah salah satu buktinya.”
Gema positif pun datang dari akar rumput. Kepala Desa Rangai, Rusda, melihat gerakan ini sebagai suntikan asa. “Kehadiran dan kepemimpinan langsung dari DLH di bawah komando Pak Yudhius, yang mengusung visi Bapak Bupati Radityo, adalah kehormatan besar. Ini membakar semangat kami bahwa pemerintah benar-benar hadir dan peduli,” tuturnya.
Aksi monumental ini diharapkan menjadi titik awal dari eskalasi kesadaran yang lebih luas. Sekretaris DLH, Devi Arminanto, menyerukan agar semangat Rangai menjadi “bola salju” yang terus membesar. “Jangan biarkan api ini padam di sini. Mari nyalakan di setiap kecamatan, di setiap desa, di setiap halaman rumah kita,” ajaknya.
Saat matahari mulai meninggi, Pesisir Rangai telah menunjukkan wajah barunya yang lebih bersih. Namun, warisan sesungguhnya dari hari itu bukanlah pantai yang bebas sampah semata, melainkan benih kesadaran kolektif yang telah ditanam. Sebuah prolog dari babak baru pengelolaan lingkungan di Lampung Selatan, di mana visi kepemimpinan puncak dan aksi nyata di lapangan berpadu harmonis untuk satu tujuan: mewariskan laut biru, bukan lautan plastik, kepada generasi masa depan.*RED